14 August 2006

Bila hidup menendangmu, tendanglah kembali dia dengan keras

Hidup ini begitu berwarna warni, begitu banyak warna yang bisa kita lihat. Kita bisa melihat warna putih dengan kedamaian ataupun melihat warna hitam dengan begitu prihatin. Tanpa warna, hidup tidaklah menarik. Bisakah kita membedakan mana yang indah dan mana yang tidak indah tanpa kehadiran warna di kehidupan kita?.

Dengan warna apa kita ingin memeriahkan hidup kita?. Tidak tahu... Yang pasti kita ingin hidup dengan kebahagian, kedamaian, dan keceriaan. Tapi bisakah semua orang merasakannya?, mengecapnya?. Lihatlah apa yang bisa kita lihat di sekitar kita. Ada yang ditindas, ada yang dirampok, ada yang dikhianati, ada yang diusir, dan bahkan ada juga yang dibunuh. Apakah itu semua adalah damai?

Akhir-akhir ini, kalau dilihat di media massa, banyak sekali di lingkungan kita terjadi penggusuran lingkungan tempat tinggal penduduk yang diwarnai dengan bentrokan. Satu sisi mereka memang salah, satu sisi bisa juga mereka tidak tahu apa-apa, sisi lain juga bisa karena mereka tertipu, tetapi apa lagi yang bisa mereka lakukan ketika melihat rumah mereka dirobohkan??, selain berusaha mempertahankan tempat dimana mereka tiap hari bercengkrama dengan keluarga, tempat dimana mereka berisirahat dari usaha mereka seharian untuk mencari nafkah untuk anak-anaknya. Tapi apa bisa dikata?, Mereka harus merelakan tempat dimana mereka berlindung berpuluh-puluh tahun lamanya, tempat dimana mereka dilahirkan 5,10,15 tahun yang lalu. Selanjutnya..........??, mereka harus tinggal di mana?, tidak tahu........... Sayapun tidak tahu. Mungkin sepenggal peristiwa di atas tidaklah terjadi pada diri kita ataupun dirimu yang membaca tulisan ini. Kita masih lebih beruntung dari mereka. Kita dilahirkan di rumah yang kokoh, kita tidak dilahirkan di tempat yang kumuh. Maka bersyukurlah pada yang di Atas.

Hidup mungkin kerap kali menendang kita begitu keras. Kita begitu frustasi menghadapinya. Masalah dan cobaan yng berat kadang menghampiri kita, dan itulah tendangan yang diberikan hidup untuk kita. Tapi apakah artinya kita harus bersedia untuk ditendang dan setelah itu kita tinggal diam saja?. Contohlah filosofi kiper pada permainan sepak bola. Kalau bola sudah mendekati gawang, dia harus bersiap-siap untuk menerima bola yang akan mencoba menjebol gawangnya. Setelah bola yang berusaha menjebol gawangnya ditangkapnya, dia akan menendang kembali bola itu ke gawang lawan supaya bola bisa menjauh dari gawangnya. Dan mempersiapkan diri lagi kalau sewaktu-waktu bola itu kembali mendekat untuk menjebol gawangnya lagi.

Bukankah filosofi kiper bisa kita praktekkan dalam hidup kita sehari-hari. Kalau suatu masalah atau cobaan yang berat menghampiri kita, bukankah kita bisa menerimanya dan menangkapnya dan setelah itu kita bisa menendangnya jauh-jauh dengan kuat supaya masalah dan cobaan itu menjauhi kita?. Dan berusaha mempersiapkan diri untuk menerimanya dan menangkapnya kembali kalau sewaktu-waktu di kembali menghampiri kita.

Jikalau ada segala sesuatu yang tidak diundang menendangmu, tendanglah kembali dia dengan keras sehingga di terpental sejauh-jauhnya.

Selamat bermain bola di dalam hidupmu

0 comments:

Post a Comment