25 October 2006
20 October 2006
Musim mudik pun tiba
8:53 AM
No comments
Tak terasa untuk tahun ini, tiba jugalah musim mudik. Rutinitas tahunan yang sudah berlangsung sejak lama. Pulang kampung, mungkin kata yang lebih sederhana untuk kata mudik. Realita mudik sudah menjadi kebiasaan dari para perantau. Perantau dari desa ke kota. Terutama kota Jakarta yang panas. Semua orang menghambahkan Jakarta. mereka datang berbondong-bondong menuju Jakarta. Dengan berbagai alasan dan tujuan, baik untuk tujuan yang mulia ataupun tujuan yang jahat sekalipun. semuanya sudah tertanam di masing-msing otak para perantau.
Karena adanya perantau, maka terjadilah mudik. Banyak perantau yang sudah menunggu dan tidak sabar untuk pulang kampung. Mereka sudah rindu dengan orang tua maupun sanak saudara ataupun kekasih mereka. Bagaimana dengan anda??, mereka merindukan orang tua yang semakin hari semakin keriput, kecantikannya sudah mulai memudar , yang dulu dengan kasih sayang membesarkan mereka. Tapi tidak jarang juga yang tidak merasakan kasih sayang dari orang tuanya dari kecil. Mungkin ada juga yang merasa rindu ingin pulang bercanda bersendah gurau bersama orang tuanya.
Mungkin kali ini mereka sampai di kampung halaman akan menjumpai ibunya yang sudah memutih rambutnya dan yang lemah tubuhnya dan mulai sakit – sakitan. Walau begitu mungkin di usia yang sudah lanjut ini, ibu selalu rindu mengharapkan kehadiran anak-anaknya untuk menjenguknya. Sampai suatu saat nanti ibu akan tiada. Tiada lagi yang menyayangi kita setulusnya. Tiada lagi tempat bermanja dan bercengkrama lagi seperti waktu masa kecil.
Temuilah Ibu dan Bapakmu
Bila Beliau masih ada, cium peluklah dengan hangat dan mohonlah maaf padanya karena kita telah meninggalkan mereka. Bila Beliau sudah meninggal datangilah makamnya dan mohonkan ampun kepada Tuhan atas segalah dosa-dosanya dan dosa-dosa kita.
Untuk yang tidak (bisa) mudik tahun ini seperti aku, doakan beliau dari jauh.
Akhirnya : Selamat Mudik tahun 2006
13 October 2006
92.45 Mentari FM pernah ada di Belinyu
11:09 AM
1 comment
"Selamat sore kawula muda, ketemu lagi dengan bung Ray, yang akan menemanimu 30 menit ke depan dalam acara musik sore, so jgn kemana-mana, saya akan kembali setelah lagu yg satu ini..."
Itulah sepenggal gaya penyiar radio Mentari FM, yang pernah mengudara di sebuah kota kecil, kira-kira 6 tahun yang lalu, mungkin boleh dibilang ini adalah radio komunitas yang pernah ada di kota kecilku, Belinyu. Radio komunitas adalah stasiun siaran radio yang dimiliki, dikelola, diperuntukkan, diinisiatifkan dan didirikan oleh sebuah komunitas. Pelaksana penyiaran (seperti radio) komunitas disebut sebagai lembaga penyiaran komunitas. Saya menamakannya radio komunitas karena memang radio Mentari FM adalah untuk pendengar di kota kecil Belinyu, dan hanya dengan daya pancar pemancar yang sangat kecil sekali, sekitar 7 Watt saja.
Bermula dari seorang bung Ray, yang pada saat itu menjadi seorang pribadi yang menyukai hobi ketrampilan elektronika. Mungkin boleh dibilang, merupakan hobi yang sangat jarang digemari oleh pemuda seangkatan dengan Bung Ray pada saat itu. Hobi inilah yang mengisi sebagian besar waktu luang yang tersisa di masa dia masih berstatus pelajar SMU Negeri 1, Belinyu. Memperbaiki barang-barang elektronika yang rusak adalah sebagian kewajiban yang harus dia lakukan untuk teman-temannya, Walau kebanyakan barang elektronik yang rusak itu tidak pernah bisa bernapas lagi.
Radio Mentari FM mengudara pada frekuensi radio FM 92,45 Mhz. Radio yang di tape recorder adalah saksi yang menyatakan bahwa di frekuensi itu pernah muncul radio dengan nama Mentari FM. Radio ini didirikan dengan penuh suka dan duka. Suka dan duka menurutku, karena penuh dengan kreativitas. Misalnya membuat pemancarnya, membeli batangan aluminium
untuk batang antenanya, mencari radio tape bekas dan dimodifikasi supaya bisa kompatible dengan yang diinginkan. Akhirnya mendapatkan 2 tape recorder yang sama persis karena setipe. Ada juga penguat suara(Amplifier) mesti pinjam juga dari teman, yang akhirnya menjadi penyiarnya juga.
Untuk masalah lokasi juga penuh suka dan duka, dulunya sebelum akhirnya mengudara, ada satu lokasi yang akan dijadikan studio. Akhirnya karena berbagai alasan yang teknis, akhirnya kita tinggalkan lokasi itu. Padahal tiang setinggi ±20 Meter sudah disiapkan untuk memasang antena pemancar. Sungguh-sungguh disayangkan dan melelahkan, Mohon maaf tuan rumah, Tuan rumahnya adalah teman juga, tetapi sangat disesalkan sekali, karena di studio yang baru, si teman ini tidak mau bergabung menjadi penyiar, padahal sudah dipaksa-paksa, mengapa ??, ngak tau....
Akhirnya mengudara di sebuah rumah teman juga, di lokasi yang agak tinggi. Di rumah itu tepatnya lantai 2, sebuah ruangan yang sederhana, kami membangun studio sederhana, dengan alat secukupnya saja. Di atas genteng rumah itu juga sebuah batang bambu yang diikat pada sebuah tiang listrik(sudah ngak kepakai) dipasang. Panjangnya sekitar 10 meteran. Bambu..., bukan besi...!, inilah suka dukanya. Ikatnya pakai apa ?...., pakai karet bekas ban motor yang digunting panjang dan diikat di tiang listrik. Kalau roboh gimana ya??, ngak pikir.......
Selama seminggu kami melakukan siaran percobaan, dan di masa itulah kami mencari personel-personel supaya bisa menjadi penyiarnya. Tapi ada syaratnya lho!, Setiap penyiar harus membayar biaya awal sebesar Rp 50.000,-. Wek..... Kerja kok mesti nyetor....ha...ha.... Inilah yang namanya Investasi. ha...ha...., berhubung sudah banyak uang yang bung Ray habiskan, kalau mau jadi penyiar, ya mesti bayar.......ha...ha... Muka bisnis juga nih anak. Ngak kok, bukan bisnis, karena uang itu akan kembali kok setelah kita terkumpul dana dari hasil penjualan kartu atensi. kartu atensi adalah kartu(kertas) yang dijual untuk merequest lagu dan mengirim pesan ke teman-teman, dan disiarkan pada jam tertentu. Kartu tersebut di jual dengan Rp 250,- per kartu, murah bukan. Dengan kartu itu, bisa minta lagu + kirim pesan, ngak jarang pesannya sampai 1 halaman penuh depan + belakang. Ha...ha..., ngak ada batasan sih. Dalam sehari kita bisa menjual kurang lebih 100-120 atensi. Lumayan kan ??, untuk penjualannya kita ada marketingnya lho......ha....ha...., kebanyakan kita titipkan ke tiap-tiap sekolah. Dan bisa juga di beli langsung di studio.
Personal-personal penyiar yang akhirnya ikut menjadi penyiar Mentari 92,45 FM adalah :
Yang lebih terkesan lagi bagi aku adalah banyak sekali gank-gank anak muda yang muncul dengan inisial tertentu untuk mengirimkan pesannya di udara. Sebut saja diantaranya :
Sayangnya, kegiatan kita tidak berjalan lama, radio kita pernah diteror, karena tidak mempunyai ijin. Kita sebenarnya sudah menjumpai pihak kepolisian untuk meminta keterangan, dari situ kita dirunjuk ke departemen penerangan daerah tingkat 2. Waktu itu kalau ngak salah kita ketemu pak yasid, dan beliau mengatakan tidak boleh menggunakan frekurensi seenaknya. Ya ela...dengan daya pancar 7 waat bisa menggangu apa sih ???. Kita pernah di panggil di sekolah kita, SMUN 1, dan dikasih pengarahan supaya tidak mengudara lagi. Sebenarnya kita didukung sama wali kelas kita, ibu Mulyani, beliau menyarankan supaya kita jalan terus, sayang kalau ditutup. Ibu Mulyani ngak kalah sering juga mengirim atensi buat suaminya tercintanya. Tidak ketemu solusi, akhirnya kami memutuskan untuk tidak melanjutkannya lagi.
Akhirnya, setelah mengudara kurang lebih 3 bulan, Mentari FM tidak pernah mengudara lagi, setelah membereskan semua-semuanya, termasuk pembagian sisa hasil usaha kepada para penyiar, ha...ha..lumayanlah. Dan akhirnya kami menjadi pelajar SMA yang sekolah, belajar dan lulus, dan akhirnya sampai hari ini saat aku menulis ini, mereka punya kesibukan masing-masing untuk mencari mutiara kehidupan. Selamat berjuang kawan-kawan, mutiara menantimu di depan. Gua cuma sedikit mengingat masa-masa lalu, yang sudah berlalu. Enam Tahun..., waktu yang begitu cepat berlalu dan masih akan terus berlalu hingga waktu memejamkan mata...YST
06 October 2006
Musim-Musim Cinta
12:29 PM
No comments
Suatu hubungan mirip dengan taman. Bila taman itu diharapkan tumbuh subur, taman itu harus diairi secara teratur. Harus diberi perhatian khusus, dengan memperhitungkan musim-musim maupun cuaca yang tak dapat diramalkan.Benih-benih baru harus ditebalkan dan rumput-rumput dicabuti. Demikian juga menjaga keajaiban cinta agar tetap hidup, kita harus memahami musim-musimnya dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan khususnya.
MUSIM SEMINYA CINTA
Jatuh cinta dapat diibaratkan musim semi. Kita merasa akan bahagia selamanya. Kita tak dapat membayangkan untuk tidak menyayangi pasangan kita. Ini merupakan saat polos. Cinta serasa abadi. Suatu saat ajaib, segala sesuatu tampak sempurna dan berhasil tanpa usaha. Pasangan kita tampaknya sempurna. Dengan amat gampang kita berdansa bersama dalam keselarasan dan riang gembira mengarungi nasib baik kita.
MUSIM PANASNYA CINTA
Sepanjang musim panas cinta, kita menyadari bahwa pasangan kita tidak sesempurna yang kita duga, dan kita harus menjaga hubungan kita. Bukan saja pasangan kita berasal dari planet lain, tapi ia pun manusia yang bisa membuat kekeliruan dan dalam segi-segi tertentu mempunyai cacat.Kekecewaan dan putus asa bermunculan; rumput-rumput harus dicabuti dan tanaman membutuhkan tambahan air dibawah teriknya matahari. Tidak lagi mudah memberi dan memperoleh cinta yang kita perlukan. Ternyata kita tidak senantiasa bahagia dan tak senantiasa merasa dicintai. Ini bukanlah gambaran kita tentang cinta. Banyak pasangan menjadi kecewa pada tahap ini. Mereka tidak mau menjaga hubungan itu. Secara tidak realistis mereka mengharapkan hubungan itu berlangsung terus dalam musim semi. Mereka menyalahkan pasangannya dan menyerah kalah. Mereka tidak menyadari bahwa cinta tidak senantiasa mudah; terkadang cinta menuntut kerja keras di bawah teriknya matahari. Pada musim panasnya cinta, kita harus memenuhi kebutuhan-kebutuhkan pasangan kita maupun meminta dan mendapatkan cinta yang kita butuhkan. Itu tidak terjadi secara otomatis.
MUSIM GUGURNYA CINTA
Setelah memelihara taman pada musim panas, kita harus menuai hasil kerja keras kita. Musim gugur telah tiba. Ini merupakan saat emas-kaya dan memuaskan. Kita mengalami cinta yang lebih matang, yang bisa menerima dan memahami cacat-cacat pasangan kita maupun cacat kita sendiri. Ini merupakan masa untuk berterimakasih dan saling berbagi rasa. Setelah bekerja keras selama musim panas, kita dapat beristirahat dan menikmati cinta yang kita ciptakan.
MUSIM DINGINNYA CINTA
Ketika musim berubah lagi, muncullah musim dingin. Selama bulan-bulan musim dingin yang hampa dan beku, seluruh alam menarik diri. Ini merupakan saat untuk beristirahat, merenung, dan memperbarui. Ini saat-saat kita mengalami kepedihan atau bayangan diri kita sendiri yang belum terselesaikan. Ini saat katub kita lepas dan perasaan –perasaan pedih bermunculan. Ini merupakan saat tumbuh menyendiri. Kita perlu melihat lebih dalam ke diri sendiri, bukan ke pasangan-pasangan kita, untuk mencari cinta dan kepuasan. Ini merupakan saat penyembuhan. Saat pria masuk ke gua mereka dan wanita tenggelam ke dasar sumur mereka. Setelah mencintai dan menyembuhkan diri sendiri dalam kegelapan cinta musim dingin, musim semi akan kembali. Sekali lagi kita diberkati dengan harapan, cinta, dan melimpahnya berbagai kemungkinan. Berdasarkan kesembuhan batin dan pencarian jiwa selama perjalanan musim dingin kita, kita akan sanggup membuka hati dan merasakan musim seminya cinta.
04 October 2006
Kuterus berjalan...
9:05 AM
No comments
Tak lelah ku menapakkan kakiku, berjalan hingga hari ini. Mengubur kegelapan. Menggali setitik cahaya. Perlahan..., setapak demi setapak. Kadang merasa lelah, kadang merasa hina. Lanjutkan hingga 1000 kali 1000 kali. Menatap tujuan dari kejauhan, jauh..., jauh..., bagai setitik cahaya pada kesunyian malam di padang pasir. Ku tak takut..., ku tak gentar. Ku berjalan terus dalam kesunyian malam di padang pasir, tak takut serigala, tak takut pada bulan, yang memandangku dari atas. Kukepalkan tanganku dan melangkah hingga pagi menjelang.
Matahari pun terbit, Kenapa mesti takut matahari ?, Kenapa mesti takut melangkah di hari yang cerah, Kepalkan tangan dan melangkah dengan pasti. Hantam dengan kepalan tangan yang kuat setiap ada yang mematahkan langkah. Sumbat pendengaran dari suara-suara yang mencemooh. Biarkan mereka berkicau di wilayah mereka. Kapankah sampai tujuanku ?, masih butuh berapa hentakkan kaki ke tanah ?, mungkin masih perlu 1000 kali 1000 kali. Tuhan..., tolonglah..., aku hampir mati di tengah padang pasir, aku lelah, aku ingin istirahat. Bolehkah aku ringankan sedikit perjalananku ?, agar aku bisa berjalan lebih santai.
Tuhan, Apa yang terjadi jika setitik cahaya yang ingin ditempuh tiba-tiba meredup dan padam ?, apa yang menjadi pedoman jikalau ku berjalan di malam hari, aku harus ke arah yang mana ?, Kalau padam cahaya apa yang mesti kupandang?, apa aku hanya perlu berjalan lurus saja, tanpa tujuan ?, atau aku harus berputar ke kiri ataupun ke kanan ?. Mungkinkah aku menoleh ke belakang dan membalikkan badanku, kembali dan melanjutkan cerita lama yang sudah usang ?. Entahlah..., ku hanya bisa berjalan, Engkaulah selanjutnya yang bertindak.
Kadang diperjalanan, kulihat ranting-ranting kering tak berdaya di panasnya padang pasir, tak berdaya bahkan tak bernyawa. Mungkinkah suatu saat ku juga akan seperti itu. Gersang, tak berdaun bahkan bernapas pun susah sepertinya. Ku hanya bisa berjalan, entah sampai kapan, entah berapa lama lagi, entah siapa yang akan menguburkanku jikalau ku mati di tengah jalan. Sudahlah !!!, jadilah orang bijak, hadapi resiko hidup dengan penuh ketegaran.
03 October 2006
Republik Merem, mengapa saya suka ??
8:19 AM
No comments
Mengapa sayatidaksuka dengan ibukota republik Merem ?, berikut alasannya :
Kapan kamu bisa mengunjungi republik merem ini? dan di mana dia berada ?
Cuma satu-satunya cara untuk mengunjungi dan mengetahui lokasi yang pasti dari republik ini, yaitu :
"Meremkanlah matamu selama 30 menit sebelum kamu tidur, maka kamu akan mengetahui semuanya."
YST
02 October 2006
Setelah 14 Hari...
11:42 AM
No comments
Tiada hari berlalu tanpa ada makna. Hari-hari berlalu dengan penuh arti. Begitu juga dengan hari-hari yang aku jalani dan lakonin setiap hari. Sudah 14 hari aku berhenti bercumbu dengan rokok, Makhluk 9 Centimeter, yang dulunya akrab denganku. Semoga dia bisa menjauh dari hidupku yang usang ini. 14 hari akan berubah menjadi 14 bulan, dan berkembang lagi menjadi 14 tahun, dan akhirnya hilang ditelan bumi yang panas dan fana...Selamat tinggal Tuhan 9 centi
Subscribe to:
Posts (Atom)