Segala sesuatu di dunia ini tidak ada yang permanen. Jadi untuk apa kita menyombongkan diri ?

Jadikan segala keberhasilan kita beerkat untuk orang lain. Ingat nasehat orang tua, jangan lupa diri ketika berada di puncak, karena yang beputar akan selalu berputar, berputar perjalanan hidup kita semua.

Jadilah terang di dunia ini, sehingga menyinari kegelapan.

Lebih baik menyalakan sebatang lilin, daripada memaki kegelapan. Jangan berharap orang lain akan menyalakan terang untuk kita, tapi mulailah dari diri masing-masing sehingga terang bisa tercipta untuk kita dan pada akhirnya akan menerangi dunia ini.

Siapa bilang hidup ini tidak adil ?

Kita akan mendapatkan apa yang memang layak kita dapatkan. Jika kita berusaha sedikit, kita pun layak diberi sedikit. Jika kita berusaha lebih banyak, kita pun layak mendapatkan lebih. "We don't always get what we need, we get what we deserve"

Bahagia adalah pilihan

Bahagia tidak selalu ditentukan oleh situasi, tetapi dari pilihan yang kita buat setiap harinya. Apa pun peristiwa yang kita alami, kebahagiaan adalah bagian dari pola pikir kita sendiri.

Apakah uang menjadi prioritas ?

Uang mungkin saja penting, tapi uang bukan segala-galanya dalam hidup ini. Ada cinta, ada harapan, ada kasih sayang yang lebih penting atas semua itu.

28 January 2008

Terima kasih untuk sebuah tokoh besar

Untuk seorang tokoh besar,
Perjalananmu telah usai,
Selamat jalan untukmu,
Yang telah berjasa, dan juga yang telah mendiskriminasikan kami.
Jasamu tetap kami hargai sebagai tokoh yang bersahaja.
Semoga istirahatmu tenang di Sana,
Amin...

25 January 2008

Kota Bangka, Kotaku, Kotamu dan Kota kita

Tidak sengaja melihat file-file yang ada si harddisk komputer, ketemu satu folder dengan judul Liang Pai. Apa itu liang pai ?, ha....ha.... Liang Pai adalah ritual orang-orang keturunan Tiong-hua pada saat pernikahan, dimana pasangan pengantin bersujud kepada orang tua, yang menyatakan mereka meminta restu dari orang tuanya.

Teringat di folder ini berisi lagu-lagu dari album Liang Pai yang pernah heboh di tahun 1999 di Bangka. Karena memang video klipnya mengambil setting kota-kota di Pulau Bangka. Dan juga album ini konon adalah album untuk mempromosikan pulau Bangka, yang kaya akan sumber daya alam dan parawisata.
Lagu-lagu di album liang pai ini dipopulerkan oleh almarhum Mario. Dibawah ini saya memasukkan salah satu video instrument Liang Pai (tanpa syairnya almr Mario) yang diciptakan oleh Liu Djum Khim



Wah setelah melihat video ini, begitu rindu perasaan kepada kampung halaman. Kota kecil penuh kenangan, jalannya yang kecil setapak, pohong-pohonnya yang rindang, suasananya yang nyaman, serasa hati kecil ingin menangis, kenapa kita bisa jauh dari kota itu. Padahal situasi, pemandangan, kisah dan cinta seperti itu tidaklah aku rasakan di waktu sekarang ini, waktu di mana aku menulis dan membaca tulisan ini. Biarlah otak kecilku yang akan mengolah jawabannya.

Tidak hanya itu, hati jahatku pun begitu rindu sama kedua orang tua, walau mereka pernah mengecewakan, mereka pernah membuat jengkel, itulah daraha dagingku. Darah segar yang telah mengalir dari mereka menuju tubuhku yang gagah. Tak sanggup kurenungi lebih jauh lagi, apa yang telah mereka perbuat untukku di waktu aku tidak berdaya, di waktu aku belum bisa menggunakan otakku, waktu dimana aku masih lemah gemulai, huh... Kini aku, tubuhku telah 10 pangkat 9 lebih cerdas dari waktu itu. Waktu yang terlewati ditelan kesunyian waktu. Biarlah waktu jugalah yang akan membalas untuk mereka. Karena, mereka pada saatnya nanti adalah kami juga. Mengapa ?, karena sesuatu yang berputar akan selalu berputar.

Masih tentang kota kecilku, kota yang telah merefleksikan suka dan dukaku, kasih dan sayangku, senyum dan air mataku. Di sana pernah menjadi tempatku untuk bernyanyi, tempatku untuk menangis, semuanya pernah terlewati, apa boleh buat, nasib waktu telah digariskan. Semuanya hanya tinggal kenangan yang tersusun acak-acakan di benak. Waktu telah melabuhkan dimensinya ke dimensi masa depan. Dan akan terus berlabuh menuju ke dimensi tujuannya yaitu : masa depan. Suatu saat nanti bolehlah aku kembali lagi ke sana, ke kota tempatku dimana aku pertama kali mengenal matahari, karena aku ingin berisirahat tenang di sana bersama kenangan terindahku.

Liang Pai, instrument yang indah, kapan aku akan melakukannya ?