28 January 2009

Menembus Ruang dan Waktu

Tulisan ini ada hubungannya dengan tulisan sebelumnnya tentang Mesin Waktu, Mungkinkah. Berbicara tentang ruang dan waktu, kita tidak akan bisa lepas membicarakan tentang teori relativitas yang dicetuskan oleh Albert Einstein. Ada 2 versi teori relativitas, yaitu relativitas khusus dan relativitas umum. Teori relativitas khusus dicetukan tahun 1905 dan kemudian disempurnakan oleh Enstein menjadi teori relativitas umum pada tahun 1915. Teori relativitas khusus membatasi diri pada relatif-nya gerak obyek pada kecepatan konstan. Sementara teori relativitas umum membahas relatif-nya gerak obyek pada semua kondisi (termasuk kecepatan konstan maupun tidak), dan bahkan terhadap semua fenomena alam.

Fisika klasik menyatakan bahwa ruang berdimensi tiga, yaitu panjang, lebar dan tinggi (x,y,z = koordinat Cartesius), volumenya tak berhingga. Waktu absolut sama bagi semua pengamat. Dengan teori relativitasnya, Einstein menyatakan bahwa fisika klasik tidak bisa mengungkapkan alam secara tepat. Gambaran fisika klasik itu hanya berlaku untuk sistem yang relatif kecil dan kecepatan benda yang jauh lebih kecil dari kecepatan cahaya. Teori relativitas menyertakan dimensi waktu sebagai "pembentuk" dunia. Hal itu yang membuat kita hari ini mendefinisikan dunia bukan lagi sebagai tiga dimensi, melainkan empat dimensi. Yaitu dimensi ruang (terdiri dari tiga bilangan koordinat Cartesius x, y dan z) ditambah dimensi waktu.

Untuk alam semesta dengan galaksi-galaksi yang sangat jauh yang kecepatannya mendekati kecepatan cahaya, gambaran fisika klasik tidak memadai. Teori Relativitas Einstein menyatakan ruang-waktu tidak bisa dipisahkan, dan membentuk ruang berdimensi empat yang lengkung (nonEuclidian geometry), ruang ini bervolume berhingga dan dalam keadaan mengembang, dan tidak punya batas (contoh ruang 2 dimensi ialah permukaan bola yang tidak berbatas tetapi luasnya terbatas), dan waktu adalah relatif, waktu pada galaksi yang sangat jauh dengan kecepatan mendekati cahaya akan sangat lambat relatif terhadap waktu dalam sistem galaksi Bima Sakti (Baca : Mesin Waktu, Mungkinkah).

Teori relativitas umum merupakan teori gravitasi yang melihat secara geometri. Dalam teori ini, jika ada sebuah benda yang massive maka geometri ruang waktu disekitar benda massive tadi itu akan melengkung. Dapat kita umpamakan sebuah kain panjang yang membantang lalu jika kita meletakkan sebuah benda bermasa pada kain tersebut Maka kain tadi sudah tidak akan lurus lagi, melainkan melengkung disekitar benda tadi. Dan ketika terdapat benda yang berada disekitar benda massive tersebut maka benda itu akan tertarik oleh benda massive tersebut. Begitu juga halnya dengan cahaya, Ketika cahaya tersebut mendekati suatu benda massive maka cahaya tersebut mendekat ke benda massive tersebut sehingga cahaya tersebut dibelokkan. Pada saat kita melihat sebuah bintang dimalam hari, apa yang terjadi saat itu?, yang terjadi saat itu adalah sel-sel syaraf mata kita dihubungkan oleh rantai yang terdiri Atas foton-foton atau partikel cahaya dengan bintang tersebut. Dan karena pengaruh gravitasi bintang-bintang lain, maka "rantai foton yang menghubungkan mata kita dengan bintang" tidaklah berbentuk garis lurus, melainkan melengkang-lengkung.

Menembus ruang dan waktu dalam persepsi sederhananya bisa digambarkan secara sederhana seperti contoh kasus ini. Seandainya kita memiliki sebuah kawat sepanjang 30 tahun cahaya. Kedua ujung kawat itu kita beri nama masing-masing "bintang A" dan "bintang B". Lantas kawat tersebut kita bengkokkan, kita lengkungkan, sampai kedua ujungnya (Bintang A dan Bintang B) bertemu pada satu titik alias menyatu.Apa yang terjadi ?, Kedua ujung kawat bintang A dan bintang B akan berada pada titik/lokasi yang sama alias bertemu. Nah tinggal ganti nama kedua ujung kawat itu menjadi Bumi dan planet x. Maka berarti kita telah membuat Bumi dan Planet x berada pada satu titik yang sama. Maka untuk pergi ke planet x, kita tidak perlu lagi menciptakan kendaraan/pesawat yang berkecepatan melebihi cahaya. Karena gerbang untuk pergi kesana berada sini. Dan konsep inilah yang ada pada konsep lubang cacing (wormhole).

Lubang cacing (wormhole) merupakan medan yang memiliki gravitasi yang sangat kuat. Jika suatu benda atau partikel masuk ke salah satu ujung lubang cacing, partikel itu masih bisa keluar di ujung lainnya (ada pintu masuk dan pintu keluarnya). Jalur yang akan ditempuh dalam wormhole jauh lebih pendek dibanding jalur konvensional (merupakan jalan pintas). Bisa dianalogikan dengan terowongan di bawah bukit. Perjalanan melalui bukit tentunya lebih jauh dibanding jarak yang harus ditempuh jika kita melewati terowongan yang terletak di bawah bukit tersebut.

Misalnya ada lubang cacing (wormhole) yang pintu masuknya tidak jauh dari atmosfer Bumi, tetapi pintu keluarnya berada di dekat bintang yang dipenuhi partikel netron (neutron star) yang memiliki gravitasi sangat tinggi dan massanya mencapai 1,35 sampai 2,1 kali masssa Matahari. Kita tahu bahwa pada ketinggian di atas atmosfer bumi, gaya gravitasi bumi semakin kecil karena menjauhi pusat bumi. Ini berarti di pintu masuk lubang cacing (wormhole) waktu berjalan cepat, tetapi di pintu keluarnya waktu berjalan sangat lambat (karena adanya gravitasi bintang). Dengan demikian, jika kita memasuki lubang cacing (wormhole) tersebut kita bisa melakukan perjalanan dalam lorong waktu menuju masa lalu maupun masa depan. Namun pembuatan wormhole memang tidak mudah, tetapi menurut Fisika hal ini tidak mustahil.

Dikala waktu tidak relevan maka ruang pun menjadi tidak relevan, untuk menempuh suatu jarak kita memerlukan waktu dan ketika waktu tidak relevan maka jarakpun menjadi tidak relevan. Hanya teori dan kenyataan sesungguhnya yang bisa membuktikan "perjalanan Menembus Ruang dan waktu" mungkin atau tidak.

Diambil dari berbagai sumber

0 comments:

Post a Comment