Segala sesuatu di dunia ini tidak ada yang permanen. Jadi untuk apa kita menyombongkan diri ?

Jadikan segala keberhasilan kita beerkat untuk orang lain. Ingat nasehat orang tua, jangan lupa diri ketika berada di puncak, karena yang beputar akan selalu berputar, berputar perjalanan hidup kita semua.

Jadilah terang di dunia ini, sehingga menyinari kegelapan.

Lebih baik menyalakan sebatang lilin, daripada memaki kegelapan. Jangan berharap orang lain akan menyalakan terang untuk kita, tapi mulailah dari diri masing-masing sehingga terang bisa tercipta untuk kita dan pada akhirnya akan menerangi dunia ini.

Siapa bilang hidup ini tidak adil ?

Kita akan mendapatkan apa yang memang layak kita dapatkan. Jika kita berusaha sedikit, kita pun layak diberi sedikit. Jika kita berusaha lebih banyak, kita pun layak mendapatkan lebih. "We don't always get what we need, we get what we deserve"

Bahagia adalah pilihan

Bahagia tidak selalu ditentukan oleh situasi, tetapi dari pilihan yang kita buat setiap harinya. Apa pun peristiwa yang kita alami, kebahagiaan adalah bagian dari pola pikir kita sendiri.

Apakah uang menjadi prioritas ?

Uang mungkin saja penting, tapi uang bukan segala-galanya dalam hidup ini. Ada cinta, ada harapan, ada kasih sayang yang lebih penting atas semua itu.

15 April 2009

Surat Untuk dan Tentang Sahabatku


Kulantunkan lagu ini (Gita Gutawa - Sahabat Kecilku) untuk mengingat akan kamu

Kau jauh melangkah
Melewati batas waktu
Menjauh dariku
Akankah kita berjumpa kembali

Sahabat kecilku
Masihkah kau ingat aku
Saat kau lantunkan
Segala cita dan tujuan mulia

Tak ada satupun masa
Seindah saat kita bersama
Bermain-main hingga lupa waktu
Mungkinkah kita kan mengulangnya

Tiada tiada lagi tawamu
Yang selalu menemani segala sedihku
Tiada tiada lagi candamu
Yang selalu menghibur disaat ku lara

Bila malam tiba
Ku selalu mohonkan Tuhan
Menjaga jiwamu
Hingga suatu masa bertemu lagi

Tiada tiada lagi tawamu
Yang selalu menemani segala sedihku

Tiada tiada lagi candamu
Yang selalu menghibur disaat ku lara

Sahabat kecilku, masihkah kau ingat aku

Siang itu, langit begitu cerah, tetapi tidaklah cerah hatiku waktu itu, kutaburkan bunga-bunga kesunyian ke dalam lubang itu. Dua ekor burung merpati dilepaskan untuk mengantarmu pergi, pergi menuju tempatmu yang tak terdefinisi olehku. Saat itulah kutahu bahwa kini duniaku dan duniamu adalah dua dimensi yang berbeda. Kulihat fotomu, dan akupun bertanya, apakah aku akan mengalami nasib yang sama sepertimu ?, Kita seperjuangan, tapi kamulah yang telah menyelesaikannya duluan. Entahlah mana yang lebih bagus.

Besok, tepat 6 bulan dimana mungkin malam itu atau pagi itu adalah saat yang paling menderita bagimu, akupun tidak tahu bagaimana kisah sengsaramu, hanya jiwamulah yang tahu apa sebenarnya yang terjadi padamu waktu itu, hingga pagi-pagi kamu ditemukan ter-terungkup tak bernyawa di lantai. Oh kawan, mengingat kisahmu dari dulu waktu kita berkawan dari kecil, mungkin itulah takdirmu, walaupun sebenarnya takdir adalah bullshit.

Masih teringat puluhan tahun yang lalu, saat dimana kita bercengkrama layaknya seorang anak-anak SD. Terlintas masa dimana lagi jamannya mainan mobil-mobilan Tamiya, saat itu di televisi sedang in filmnya Dash Yonkuro (Mini 4 WD), kita begitu ingin sekali membelinya, tapi terlalu berlebihanlah kalau kita mengharapkan mainan itu menjadi milik kita, akhirnya kita hanya mampu membeli imitasinya dimana menggunakan remote kontrol kabel, kalau tidak salah seharga Rp 3000-an waktu itu, punyaku warna merah dan punyamu warna emas. Dan oleh papamu, dipretelin supaya tidak menggunakan remote kontrol kabel (remote kontrol kabelnya dipotong, dan dipasang saklar di body belakang mobil-mobilannya), persis seperti mini 4 wd versi asli, cuma bodynya yang tidak sama. Tapi bagaimanapun, kita happy, happy sekali, kita berdua waktu itu benar-benar seperti teman sejati. Kemanapun perginya, pasti berdua, kita sehabis pulang sekolah selalu mengunjungi tempat bermain ding-dong (video game), walaupun kutahu, kamu kebanyakan hanya menonton saja di sana, karena tentunya harus memasukkan uang kalau ingin memainkannya, Kutahu siapa dirimu dan ku-pun tahu siapa diriku, kini kutahu tidak semua orang bisa mengalamai masa kecil yang indah dalam hidupnya. Ada juga kisah dimana kita sering ke rumah teman kita naik sepedaku, hanya karena kita bisa menumpang mencari hiburan dimana kita bisa sesekali dipinjamkan bermain Nitendo di rumah teman. Indah memang waktu itu. Kepolosan kita mengalahkan segala-galanya.

Ingatkah kamu akan Kenji dengan jurus delapan mata anginnya, Boy Action dengan si Tepei yang nakal, Doraemon, dan City Hunter dengan Ryo Saeba-nya, Putra Langitnya Tony Wong ?, Komik-komik itu pernah hadir dipersahabatan kita, dimana hari-hari kita melewatkan masa kecil menjelang dewasa. Dengan biaya sewa Rp 100,- kita menggayuh sepeda menaiki tanjakan di depan rumah camat Belinyu, atau menuruni tanjakan jalan rusak di depan Gereja GPKris (Jln.Depati Barin ) Belinyu. Waktu itu sepeda stang lurus (waktu itu orang sana menyebutnya sepeda pending), warna biru yang selalu menemani kita melewati siang dan malam, menembus ruang suka dan duka. Terkadang jalan kakilah yang menemani kita berdua.

Sahabat, banyak sekali kisah tentang kita yang ingin kudeskripsikan, orang lain tidak akan mengetahuinya, mereka punya deskripsi dari hidup mereka masing-masing. Banyak sekali..., terlalu banyak sekali untuk diingat kembali lagi, rasanya mem-pointer ulang memory ke lokasi masa lalu hanya akan membuang-buang waktuku saja. Biarlah cuma aku, kamu dan Tuhan saja yang tahu akan kisah persahabatan kita dulu. Siapa yang mengetahui kalau waktu pertama kali kita ke Jakarta, kita pernah berniat ke Ancol jalan kaki hanya karena ada plang di atas jalan yang menunjuk ke arah Ancol, walaupun sebenarnya kita tidak tahu kalau jaraknya masih 10 Km ?, jelas saja perjalanan kita tidak pernah sampai ke Ancol . Siapa yang peduli sama kita yang berjalan kaki dari daerah Ancol ke Metro Atom Pasar Baru melalui jalan Gunung Sahari?. Tidak ada..., yang ada hanyalah sebuah kisah yang terbaca di memory-ku.

Sahabat, saat dimana kita sudah beranjak dewasa, saat dimana kita sudah saatnya berjuang untuk menyukseskan cita dan cinta, kita sudah jarang bertemu lagi. Saat itu kita sudah tahu kalau kita punya misi masing-masing, itulah yang kurasakan. Aku telah menemukan cintaku, entahlah dengan kamu, entahlah siapa cintamu, entahlah siapa dia, entahlah bagaimana engaku mau mulai mencarinya, tapi yang kurasakan, waktu itu engkau sudah bisa mulai menikmati hasil kerja kerasmu, dan mungkin setelah itu, engkau akan segera mencari cintamu. Tapi apalah daya denganmu, engkau digariskan tidak selurus yang kau gariskan. Takdirmu hanya sekian. Ataukah itu memang cita-citamu ingin menemui ibu kandungmu di dimensi lain, karena memang kutahu, engkau kehilangan ibu kandungmu waktu kamu masih kecil mungil. Mungkin engkau kehilangan kasih sayang darinya sewaktu kamu masih kecil. Karena itu, temuilah ibu kandungmu di dimensimu sana, karena itu adalah garis hidupmu.

Sahabat, biarlah tulisan ini sebagai cinderamata untukmu. Teman sejati tetaplah teman sejati di dalam hati, takkan pernah bisa diformat dengan media apapun. Biarlah kisahmu aku defrag dalam memori hidupku. Kota Belinyu Bangka adalah saksi bisu persahabatan kita. Semoga apa yang dikatakan Soe Hok Gie bahwa "Berbahagialah mereka yang mati muda", adalah benar apa adanya. Peace and love to u (Neo,+26)...

Jakarta, 16 April 2009 :: YST