26 November 2007

Kehidupan seperti naik tangga

Ada sepasang kakak beradik yang baru pulang dari bertamasya. Mereka membawa sejumlah pakaian, makanan, peralatan, dan sebagainya yang disimpan di tas dan ransel di pundak mereka.

Ketika mereka sampai di apartemen, ternyata listrik padam. Mereke berdua memutuskan untuk naik tangga menuju tempat tinggal mereka yang berada di lantai 50. Setelah menaiki tangga sampai lantai 20, mereka mulai kelelahan. Si kakak berkata, "Tas dan ransel ini begitu berat, mari kita titipkan saja ke satpam. Kita akan ambil kembali setelah listrik hidup kembali."

Setelah menitipkan tas, mereka pun melanjutkan naik tangga. Sampai di lantai 30, mereka saling mengomel dan ribut. Hal ini terus berlanjut sampai lantai 40. Lalu mereka beristirahat sebentar, dan bersepakat untuk tidak ribut lagi yang hanya akan menghabiskan energi mereka. Setelah itu mereka melanjutkan naik tangga lagi, dan akhirnya sampailah mereka di lantai 50.

Sesampainya di depan pintu, si kakak meminta adiknya segera membuka pintu agar bisa masuk ke dalam dan segera istirahat. Merasa tidak pernah memegang kunci, adiknya berkata, "Bukannya kuncinya ada di tempatmu ?" Abangnya baru menyadari bahwa ternyata kunci pintu itu ia simpan di dalam ransel yang dititipkan di lantai 20


Pesan

Cerita singkat di atas mengingatkan kita bahwa dalam kehidupan ini terutama selagi berusia muda (20 tahunan), kita harus mempersiapkan segalanya dengan baik, bekerja dengan cerdas dan keras, tidak menyia-nyiakan waktu, agar saat memasuki usia paru baya kita tidak menyesal.

Dari cerita di atas, kalau saja mereka mempersiapkan segala yang dibutuhkan, seperti kunci dan makanan, mereka bisa beristirahat dan bersantai sesudah berjuang keras. Kini, karena kelalaian tersebut, mereka terpaksa menginap di luar apartemen mereka. Untuk turun kembali ke lantai 20 dan naik lagi ke lantai 50 tidaklah mungkin, kondisi mereka sudah terlalu lelah. Demikian juga dengan kita, setelah berumur (tua) kita tidak mungkin lagi mengerjakan apa-apa yang belum kita kerjakan saat muda.

Banyak orang setelah tua baru bisa menghargai kehidupannya. Mereka baru menyadari dan menyesal karena selagi muda mereka tidak mau sekolah, tidak mau belajar, tidak mau memanfaatkan segala kesempatan yang ada, tetapi justru hanya menyia-nyiakannya sehingga waktu terlewat begitu saja. Mereka terlanjur tidak mempersiapkan segala-segalanya untuk masa tua. Namun apa yang mau disesali, nasi telah menjadi bubur, semuanya sudah terlambat.

Janganlah kita seperti itu. Persiapkanlah segala yang dibutuhkan mulai sekarang juga !.


Disadur dari buku "The Best of Chinese Life Philosophies" Karangan Leman terbitan PT Gramedia Pustaka Utama, 2007



0 comments:

Post a Comment