22 February 2009

Berdamai Dengan Waktu

Semua orang tahu, bahkan mungkin sejak kita mengenal yang namanya waktu, bahwa durasi yang kita miliki di dunia ini dalam sehari hanyalah dua puluh empat jam. Tapi mengapa masih banyak manusia biasa yang mengira dirinya adalah Superman yang berusaha bertahan dua puluh empat jam tanpa henti layaknya kelinci penabuh drum dalam iklan batu baterai?

24/7. Seperti neon sign yang siaga menyala siang dan malam untuk menandai sebuah restoran yang buka 24 jam, sang dewa penolong yang akan menyajikan makanan saat kita kelaparan kapan pun buta. Namun, apakah semua orang memiliki setting-an seperti neon sign atau mesin-mesin yang terus bekerja 24/7 pada restoran tersebut?, saya rasa tidak. Tidak saya tidak anda, dan tidak siapapun yang berjudul makhluk hidup yang mampu stand by selama 24 jam non-stop.

Memang nampaknya terdengar konyol saat kita mencoba untuk berdamai dengan waktu. Namun sama konyolnya saat kita bisa mendengar diri kita berkata "Duh, kenapa sih waktu cepat sekali" atau "Wah, udah senin lagi nih". Apakah kalimat itu harus selalu muncul saat kita tidak dapat melakukan semua hal yang telah kita susun rapi di kepala kita. Alih-alih bekerja lebih cepat, kita malah justru mengkambing hitamkan 'waktu' yang padahal selalu membantu kita mewujudkan semua rencana.

Lalu, apa yang sebenarnya harus kita lakukan agar bisa berdamai dengan waktu yang pada akhirnya menghargai waktu yang kita miliki? Small things lead to another!. Salah satunya adalah 'stop complaining'. Dengan berhenti mengeluh paling tidak kita tak harus mengurangi sisa waktu bekerja yang tersisa untuk hal yang sia-sia. Setelah berhenti mengeluh, yang bisa kita usahakan adalah memilah-milah apa yang dapat kita selesaikan dalam satu hari yang begitu berharga. Kita mungkin merasa dapat menghadiri empat undagan meeting dalam waktu yang berdekatan, mengerjakan deadline yang seharusnya kita selesaikan dalam waktu dua hari, tapi coba tanyakan pada diri kita sekali lagi, 'apakah saya mampu ?', Jangan sampai nafsu kita untuk menyelesaikan semua justru berakhir dengan kekecewaan, baik pada diri kita maupun pada orang yang kita janjikan. 'Set up your priorities of the day', setelahnya, carilah letak waktu luang, untuk menikmatinya dan memberi penghargaan yang sederhana untuk mesin-mesin yang terdapat pada ujung kepala sampai ujung kaki yang telah berdedikasi tinggi untuk tubuh kita.

Pakailah jeda waktu yang kita miliki untuk ber-rileksasi. Jangan sampai jeda waktu yang ada kita anggurkan, tapi saat kita harus berpacu dangan waktu, keluhan tak berhenti meluncur dari bibir. Last but not least, ingatlah kembali tujuan hidup kita di dunia. Kesuksesan dan kekuatan kita selam ini selain karena usaha dan kerja keras pun tak luput akibat kehendak-Nya di atas. Jadi ingatlah selalu untuk menyisihkan waktu untuk mengucap terima kasih kepada-Nya, paling tidak supaya sisa waktu yang kita miliki pasti akan terasa mudah dan lancar untuk kita jalani.

Oke, cukup dengan segala teori untuk berdamai dengan waktu. Nampaknya sekarang waktunya saya akan mempraktekkannya dan berdamai dengan waktu, sampai saat malaikat kecilku menghampiriku di alam mimpi.

5 comments:

  1. waahh benar kadang kita malah menyalahkan dan memusihi waktu

    ReplyDelete
  2. ;;) hmmm...agak bingung dengan waktu nih...

    ReplyDelete
  3. Waktu semakin cepat. Jadi bingung sendiri nih klo ngomong ttg waktu :D

    ReplyDelete
  4. makin tuir karena waktu...
    tp segala masalah juga berlalu krn waktu...
    thanks 4 share yaa...

    ReplyDelete
  5. time is time, waktu adalah waktu.... dia akan tetap menjadi dirinya sendiri. ngomongin waktu aq jadi merasa kalau aq udah gak kecil lagi yak, hehehehehe

    ReplyDelete