13 October 2006

92.45 Mentari FM pernah ada di Belinyu


"Selamat sore kawula muda, ketemu lagi dengan bung Ray, yang akan menemanimu 30 menit ke depan dalam acara musik sore, so jgn kemana-mana, saya akan kembali setelah lagu yg satu ini..."


Itulah sepenggal gaya penyiar radio Mentari FM, yang pernah mengudara di sebuah kota kecil, kira-kira 6 tahun yang lalu, mungkin boleh dibilang ini adalah radio komunitas yang pernah ada di kota kecilku, Belinyu. Radio komunitas adalah stasiun siaran radio yang dimiliki, dikelola, diperuntukkan, diinisiatifkan dan didirikan oleh sebuah komunitas. Pelaksana penyiaran (seperti radio) komunitas disebut sebagai lembaga penyiaran komunitas. Saya menamakannya radio komunitas karena memang radio Mentari FM adalah untuk pendengar di kota kecil Belinyu, dan hanya dengan daya pancar pemancar yang sangat kecil sekali, sekitar 7 Watt saja.

Bermula dari seorang bung Ray, yang pada saat itu menjadi seorang pribadi yang menyukai hobi ketrampilan elektronika. Mungkin boleh dibilang, merupakan hobi yang sangat jarang digemari oleh pemuda seangkatan dengan Bung Ray pada saat itu. Hobi inilah yang mengisi sebagian besar waktu luang yang tersisa di masa dia masih berstatus pelajar SMU Negeri 1, Belinyu. Memperbaiki barang-barang elektronika yang rusak adalah sebagian kewajiban yang harus dia lakukan untuk teman-temannya, Walau kebanyakan barang elektronik yang rusak itu tidak pernah bisa bernapas lagi.

Radio Mentari FM mengudara pada frekuensi radio FM 92,45 Mhz. Radio yang di tape recorder adalah saksi yang menyatakan bahwa di frekuensi itu pernah muncul radio dengan nama Mentari FM. Radio ini didirikan dengan penuh suka dan duka. Suka dan duka menurutku, karena penuh dengan kreativitas. Misalnya membuat pemancarnya, membeli batangan aluminium
untuk batang antenanya, mencari radio tape bekas dan dimodifikasi supaya bisa kompatible dengan yang diinginkan. Akhirnya mendapatkan 2 tape recorder yang sama persis karena setipe. Ada juga penguat suara(Amplifier) mesti pinjam juga dari teman, yang akhirnya menjadi penyiarnya juga.

Untuk masalah lokasi juga penuh suka dan duka, dulunya sebelum akhirnya mengudara, ada satu lokasi yang akan dijadikan studio. Akhirnya karena berbagai alasan yang teknis, akhirnya kita tinggalkan lokasi itu. Padahal tiang setinggi ±20 Meter sudah disiapkan untuk memasang antena pemancar. Sungguh-sungguh disayangkan dan melelahkan, Mohon maaf tuan rumah, Tuan rumahnya adalah teman juga, tetapi sangat disesalkan sekali, karena di studio yang baru, si teman ini tidak mau bergabung menjadi penyiar, padahal sudah dipaksa-paksa, mengapa ??, ngak tau....

Akhirnya mengudara di sebuah rumah teman juga, di lokasi yang agak tinggi. Di rumah itu tepatnya lantai 2, sebuah ruangan yang sederhana, kami membangun studio sederhana, dengan alat secukupnya saja. Di atas genteng rumah itu juga sebuah batang bambu yang diikat pada sebuah tiang listrik(sudah ngak kepakai) dipasang. Panjangnya sekitar 10 meteran. Bambu..., bukan besi...!, inilah suka dukanya. Ikatnya pakai apa ?...., pakai karet bekas ban motor yang digunting panjang dan diikat di tiang listrik. Kalau roboh gimana ya??, ngak pikir.......

Selama seminggu kami melakukan siaran percobaan, dan di masa itulah kami mencari personel-personel supaya bisa menjadi penyiarnya. Tapi ada syaratnya lho!, Setiap penyiar harus membayar biaya awal sebesar Rp 50.000,-. Wek..... Kerja kok mesti nyetor....ha...ha.... Inilah yang namanya Investasi. ha...ha...., berhubung sudah banyak uang yang bung Ray habiskan, kalau mau jadi penyiar, ya mesti bayar.......ha...ha... Muka bisnis juga nih anak. Ngak kok, bukan bisnis, karena uang itu akan kembali kok setelah kita terkumpul dana dari hasil penjualan kartu atensi. kartu atensi adalah kartu(kertas) yang dijual untuk merequest lagu dan mengirim pesan ke teman-teman, dan disiarkan pada jam tertentu. Kartu tersebut di jual dengan Rp 250,- per kartu, murah bukan. Dengan kartu itu, bisa minta lagu + kirim pesan, ngak jarang pesannya sampai 1 halaman penuh depan + belakang. Ha...ha..., ngak ada batasan sih. Dalam sehari kita bisa menjual kurang lebih 100-120 atensi. Lumayan kan ??, untuk penjualannya kita ada marketingnya lho......ha....ha...., kebanyakan kita titipkan ke tiap-tiap sekolah. Dan bisa juga di beli langsung di studio.
Personal-personal penyiar yang akhirnya ikut menjadi penyiar Mentari 92,45 FM adalah :
  • Bung Ray
  • Bung Ronny
  • Bung Agus
  • Bung Adam
  • Bung Fris
  • Bung Jeremy, yang punya rumah (dipakai studio)
  • Bung Andy
  • Mba BL

    Yang lebih terkesan lagi bagi aku adalah banyak sekali gank-gank anak muda yang muncul dengan inisial tertentu untuk mengirimkan pesannya di udara. Sebut saja diantaranya :
  • ASM (anak Simpang Metal)
  • KUGI (Kumpulan Uneg-uneg Gila)
  • KUALA
  • TNK
  • Spears
  • Youngs Beaster, dll

    Sayangnya, kegiatan kita tidak berjalan lama, radio kita pernah diteror, karena tidak mempunyai ijin. Kita sebenarnya sudah menjumpai pihak kepolisian untuk meminta keterangan, dari situ kita dirunjuk ke departemen penerangan daerah tingkat 2. Waktu itu kalau ngak salah kita ketemu pak yasid, dan beliau mengatakan tidak boleh menggunakan frekurensi seenaknya. Ya ela...dengan daya pancar 7 waat bisa menggangu apa sih ???. Kita pernah di panggil di sekolah kita, SMUN 1, dan dikasih pengarahan supaya tidak mengudara lagi. Sebenarnya kita didukung sama wali kelas kita, ibu Mulyani, beliau menyarankan supaya kita jalan terus, sayang kalau ditutup. Ibu Mulyani ngak kalah sering juga mengirim atensi buat suaminya tercintanya. Tidak ketemu solusi, akhirnya kami memutuskan untuk tidak melanjutkannya lagi.

    Akhirnya, setelah mengudara kurang lebih 3 bulan, Mentari FM tidak pernah mengudara lagi, setelah membereskan semua-semuanya, termasuk pembagian sisa hasil usaha kepada para penyiar, ha...ha..lumayanlah. Dan akhirnya kami menjadi pelajar SMA yang sekolah, belajar dan lulus, dan akhirnya sampai hari ini saat aku menulis ini, mereka punya kesibukan masing-masing untuk mencari mutiara kehidupan. Selamat berjuang kawan-kawan, mutiara menantimu di depan. Gua cuma sedikit mengingat masa-masa lalu, yang sudah berlalu. Enam Tahun..., waktu yang begitu cepat berlalu dan masih akan terus berlalu hingga waktu memejamkan mata...YST

  • 1 comments:

    1. Bung Ray...waktu itu daku tidak pernah beli atensi soalnya rumah aku tidak ada radio...
      Hidup miskin, uang tak punya. Rp 250 buatku mahal lho waktu itu T_T
      Eh kalau ga salah waktu itu ada saingan juga kan dari kubu Radio yang lain.
      Anyway you all did a great job, at least u tried to bring something new for a small city Belinyu that lack of entertainment.

      ReplyDelete