14 September 2006

Da Vinci Code, Fakta atau Fitnah ??


Museum Louvre, Paris
10:46 Malam


KURATOR TERKENAL Jacques Sauniere menatap jauh melintasi selasar berongga Galeri Agung Museum Louvre. Ia menerjang lukisan terdekat yang dapat ia lihat, lukisan Caravaggio. Dengan men­cengkeram bingkai bersepuh emas itu, lelaki berusia 76 itu merenggutkan mahakarya itu ke arah dirinya. Lukisan itu terlepas dari dinding, dan Sauniere terjengkang di bawah kanvasnya.

Itulah sepenggal paragraf pertama dari Prolog buku "Da Vinci Code".
Film The Da Vinci Code telah beredar di Indonesia. Buku laris manis di dunia ini sangat berbahaya bagi umat Katolik di seluruh dunia. Walau pun Dan Brown sendiri mengakui bahwa buku & film ini adalah fiksi, tetapi pemirsa/pembaca awam bisa saja dengan segera mempercayai ceritanya. Apalagi buku karangan Dan Brown ini sangat meyakinkan dengan melibatkan para ahli yang "katanya" berkompeten di bidangnya.

Apakah buku ini kisah nyata atau hanyalah karangan fiksi ?, bagi saya itu tidaklah penting. Memang dalam buku itu Tuhan Yesus di simpang-simpangkan atau boleh dibilang "difitnah", misalnya Yesus dikatakan mengawini Maria Magdalena, dan memiliki keturunan seorang putri. Selain itu dikatakan juga kalau Yesus sebenarnya tidak pernah bangkit dan naik ke surga. Bahkan Injil yang ditulis oleh Markus, Matius, Yohanes dan Lukas adalah kisah fiktif imajinatif, dimana Yesus adalah tokoh rekaan. Untuk mengemukakan hujatannya tersebut sang penulis dengan sangat licin
telah memadukan:
1. Cerita-cerita khayalan, fiksi
2. Fakta-fakta sejarah
3. Data yang tidak akurat dan tafsiran yang melenceng terhadap beberapa fakta sejarah
4. Keyakinan teologisnya yang bersifat anti Kristen

Benarkah semua yang di tulis Dan Brown ??

Setelah buku "Da Vinci Code" karangan Dan Brown yang sangat-sangat kontroversi, muncul beberapa buku yang mencoba mematahkan tulisan Dan Brown tersebut, misalnya :
1. The Truth Behind The Da Vinci Code, oleh Richard Abanes
2. Breaking The Da Vinci Code, oleh Darrell Bock
3. Cracking Da Vinci's Code, oleh James Garlow dan Peter Jones
4. The Da Vinci Deception, oleh Erwin W. Lutzer
5. Fact and Fiction in the Da Vinci Code karangan Steven Kellemeier
6. Da Vinci Code Decoded karangan Martin Lunn
dll

Dr Darrell L. Bock, professor Perjanjian Baru di Dallas Theological Seminary, tidak dapat menyembunyikan rasa geramnya, setelah membaca The Da Vinci Code. Katanya, “No longer is The Da Vinci Code a mere piece of fiction. It is a novel clothed in claims of historical truth, critical of institutions and beliefs held by millions of people around the world.” Jadi, kata professor ini, Da Vinci Code memang bukan sekadar novel fiksi biasa, tetapi sebuah novel yang diselubungi dengan klaim kebenaran historis dan kritik terhadap institusi dan kepercayaan agama Kristen.

Ya, The Da Vinci Code, memang hanya sebuah novel fiksi. Tetapi, novel itu telah menyengat dan menggoncang kepercayaan dalam tradisi Kristen yang telah berumur 2000 tahun. Maka, meski hanya sebuah novel, sebuah cerita fiksi, tetapi dihadapi dengan serius oleh kalangan teolog Kristen.

Maka, Bock mengerahkan kemampuannya untuk menulis bantahan terhadap novel ini. Melalui bukunya, Breaking the Da Vinci Code (Nashville: Nelson Books, 2004). Bock melakukan kajian historis untuk mengkritik berbagai fakta sejarah yang disajikan Brown.

Martin Lunn juga berusaha menguak kebenaran di balik novel nomor satu, Da Vinci Code. Buku ini menjelaskan tema-tema penting dari novel Brown. Kisah nyata Biara Sion, Opus Dei, Knight Templar, Rosslyn Chapel, misteri Rennes-le-Chateau dan masih banyak lagi tema-tema yang menggelitik. Da Vinci Code Decoded juga memberikan kita tur wacana ke Musium Louvre, I'Eglise de Saint-Sulpice, Rue Haxo di Paris, Temple Church, Westminser Abbey, Makam Newton, masa-masa dimana Konstantin Agung dan ibunya hidup dan masih banyak lagi.

Martin Lunn dikenal sebagai seorang peneliti ahli masalah keturunan Davidic dan isu-isu lain yang dikenalkan oleh The Da Vinci Code. Lulusan dari program Master Sejarah dan Jurnalisme ini pernah hidup di sepanjang daerah Timur Tengah, Amerika Serikat dan beberapa negara di Eropa, namun domisili yang adalah Barcelona. Dia juga seorang Pimpinan Besar (Grand Master) dari Kelompok Masyarakat Naga (The Dragon Society) yang didirikan oleh King Sigismund dari Hungaria, tahun 1408.

Dan Brown, menulis novelnya dengan sangat licin. Dia menjalin beberapa fakta dan fiksi, atau kisah khayal, sehingga orang awam yang tak paham sejarah gereja sulit membedakannya. Akibatnya pembaca buku tersebut dapat menganggap bagian-bagian fiksi sebagai fakta. Misalnya Dan mengatakan bahwa Yesus menikah, Pernyataan ini tanpa disertai bukti yang ilmiah, tidak ada satu tulisan di jaman itu yang mencatat bahwa Yesus menikah. Tetapi dengan kelihaiannya Dan Brown, dia menyatakan bahwa lukisan Last Supper Leonardo Da Vinci. lukisan tentang perjamuan terakhir Yesus, dikatakan Dan kalau orang yang berwajah halus dan mirip wanita dan duduk di kanan Yesus adalah Maria Magdalena. Selain itu Dan juga menyatakan pada zaman Yesus Kristus, seseorang yang tidak menikah dalam adat Yahudi adalah terkutuk. Jelas pernyataan ini tidak berdasar, sebab merupakan fakta sejarah ada banyak pria Yahudi pada zaman itu yang menjadi nazir, yang karena alasan keyakinan keagamaan ada di antara mereka yang tidak menikah. Lepas dari semua itu, Da Vinci Code, Fakta atau Fitnah ??. Yakinlah bahwa Tuhan selalu ingin kita beriman kepada-Nya dengan memakai akal dan pikiran. Tidak mungkin Tuhan menyuruh beriman hanya semata keyakinan masing-masing, itu tidak adil, dan Tuhan pasti Maha Adil, mesti ada jalan menuju keimanan itu. Dan jalan itu adalah akal dan pikiran yang sehat.

Jadi kalau jalan pikiran kita sehat kita bisa mengimani penuh dengan pengharapan, tanpa pernah merasa minder, malu, gengsi dan lain sebagainya.

"Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa." - Ibrani 12:3

Download Ebook Da Vinci Code di sini

0 comments:

Post a Comment